Sunday, November 15, 2009

IKHLAS ITU MELELAHKAN

Suatu hari seorang guru mengajak murid-muridnya ke pasar.

"Mari Ku ajarkan pada kalian semua apa itu IKHLAS",kata sang guru kepada murid-muridnya.

"Baiklah, nantikan sebentar untuk kami carikan pena dan kertasnya".
Jawab murid-muridnya dengan penuh taat.

"Tidak perlu, kalian hanya perlu carikan sekarung guni kosong untuk setiap seorang daripada kamu, dan kamu mesti memilikinya ". Jawab guru.

Menuju Ke Pasar

"Baiklah, sekarang kalian kutipkan setiap batu yang kalian temui dan isikan sepenuh mungkin ke dalam karung yang kamu milikinya".

Tanpa banyak bicara, dipenuhkan karung-karung dengan batu-batu kecil mahupun besar yang ditemui sepanjang perjalanan. Setibanya di pasar, penuhlah sudah karung-karung tersebut. Terik mentari memancar, peluh laju mengalir membasahi badan murid-murid, tidak terkecuali sang guru.

Namun si guru, hanya berlegar-legar di pasar tanpa membeli barang sesuatu pun.
Murid-murid yang sudah kebingungan seraya bertanya, "Wahai guruku, apakah maksudmu membawa kami ke pasar tanpa membeli apa-apa pun untuk dibawa pulang ke madrasah".

Namun, sang guru hanya menjawab dengan diam membisu sambil mengukir senyuman kecil melihat akan sekian beban yang ditanggung murid-muridnya.

Perjalanan Pulang Ke Madrasah

"Banyak membeli barang-barang", ujar seorang kenalan guru.

"Wah, mungkin mereka ini orang kaya dan mahu mengadakan kenduri",
tegur pula seorang mak cik tua.

Kelibat si guru tua dengan anak-anak muridnya menjadi tumpuan. Hampir tiada sepasang matapun yang tidak hinggap menatap gerembolan besar itu. Ada yang tersenyum, ada pula yang mencebik, mungkin meluat melihat tingkah laku mereka seperti orang kaya yang sombong lagaknya.

Namun si guru hanya tersenyum simpul, sambil melangkah laju menuju ke madrasah. Murid-murid sudah mula keletihan akibat berat beban yang ditanggung mereka.

Ketika Di Madrasah

Setibanya di madrasah, karung-karung guni diletakkan tersusun rapi disudut kelas. Arah si guru pada sekalian anak-anak muridnya.

"Untuk apakah kita berpenat lelah ini wahai guru, ada gunakah batu-batu ini?'. Tanya murid meleraikan persoalan yang terbuku dihati.

"Sebenarnya anak-anakku, tidaklah aku berniat untuk menyusahkan kalian dengan mengadakan perkejaan sia-sia, namun perasankah kamu, awal-awal lagi ku katakan yang aku ingin ajarkan kalian ilmu IKHLAS. Sesungguhnya keletihan yang kamu rasakan itu yang aku mahukan, kerana sebentar tadi, kamu telah mempelajari akan erti sebuah keIKHLASan". Terang si guru.

"Kamu telah belajar apa itu IKHLAS dalam berAMAL. Batu-batu ini umpama amalan orang yang RIYA', TIDAK IKHLAS dalam berAMAL. Tadi orang-orang yang kita temui telah memuji-muji akan banyaknya harta dan barang-barang yang kita beli, namun setiap dari kamu sendiri tahu akan isinya karung terebut. Hanya batu-batu kotor yang kamu kutip".

"Namun, jika kamu tetap merasa bangga akan pujian yang diberikan, ketahuilah wahai anak-anakku sayang, kamu telah melakukan syirik kecil iaitu RIYA' "

"Itulah umpamanya AMAL yang TIDAK IKHLAS. Hanya berat sahaja yang ditanggung, dipuji sekalian orang, namun tiada nilainya disisi ALLAH. Hanya kepenatan sahaja yang diperolehi".

"Sekarang, sudahkah kalian mengerti apa itu IKHLAS?". Tanya si guru, menyudahkan persoalan, meleraikan kekusutan akan erti IKHLAS dalam berAMAL

.................................................................................

"ikhlas itu umpama semut hitam diatas batu hitam jauh nun ditengah hutan yang kelam"

Ibnu Abdullah
Dar Cempaka, Mu'tah, Jordan

No comments:

Post a Comment